Sabtu, 04 Juni 2011

konversi panjang visual basic

Private Sub Form_Load()
Form1.BackColor = vbGreen
Label1.BackColor = vbBlue
Label2.BackColor = vbBlue
Label1.ForeColor = vbRed
Label2.ForeColor = vbRed
Label3.ForeColor = vbRed
Label3.BackColor = vbYellow
cmdhapus.BackColor = vbRed
cmdkeluar.BackColor = vbvred
panjang1.BackColor = vbYellow
panjang2.BackColor = vbYellow





End Sub

Private Sub optcm2_Click()
If txtpj.Text = optkm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 100000
If txtpj.Text = optm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 1000
If txtpj.Text = optcm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 1
If txtpj.Text = optmm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text / 10
End Sub

Private Sub optkm2_Click()
If txtpj.Text = optkm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 1
If txtpj.Text = optm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text / 1000
If txtpj.Text = optcm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text / 100000
If txtpj.Text = optmm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text / 1000000
End Sub

Private Sub optm2_Click()
If txtpj.Text = optkm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 1000
If txtpj.Text = optm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 1
If txtpj.Text = optcm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text / 100
If txtpj.Text = optmm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text / 1000
End Sub

Private Sub optmm2_Click()
If txtpj.Text = optkm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 1000000
If txtpj.Text = optm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 1000
If txtpj.Text = optcm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 10
If txtpj.Text = optmm1.Value = True Then txtkon.Text = txtpj.Text * 1
End Sub

Selasa, 24 Mei 2011

contoh surat penawaran


Jakarta, 24 Mei 2011

No          : 001/24/05/11
Prihal     : Surat Penawaran

Kepada YTH
Bapak Ade Agus Ridwan Maulana
Di tempat

Dengan hormat
Bersama ini Saya mengajukan surat penawaran harga pasang Rangka Atap Baja + foil dan Pasang Genteng Metal Roof, dengan rincian sebagai berikut:
1.       Rangka Atap
84 m2  X  Rp. 120.000,-                                                                    = Rp.  10.080.000,-
2.       Foil Single Side
84 m2  X  Rp.   20.000,-                                                                     = Rp.    1.680.000,-
3.       Genteng Metal Roof + Nok Atas dan Samping
84 m2  X  Rp.   95.000,-                                                                    = Rp.    7.980.000,-
4.       Pasang ListPlank
14 m1  X  Rp.   75.000,-                                                                    = Rp.   1.050.000,-


 

                                                                                                         = Rp. 20.790.000,-

Dengan sistim pembayaran sebagai berikut:
1.       DP 50%
2.       Pelaksanaan berjalan 30%
3.       Pelunasan pembayaran 20%
Demikian surat penawaran ini Saya buat, atas kerja samanya Saya ucapkan terima kasih

Hormat Saya

Agung Tjahjadi






Senin, 23 Mei 2011

kongres kebatinan indonesia

Saudara-saudara sekalian,
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Kepada saudara-saudara yang beragama Budha, Hindu Bali, saya berkata: Om manpatmahum alignam ashum
Saudara-saudara, pada hari ini saya diminta untuk apa yang dinamakan member amanat kepada Kongres B.K.K.I yang ke III. Dan Insya Allah saya akan member sepatah dua patah kata dengan rasa hati yang gembira. Apalagi sesudah saya mengetahui definisi kebathinan, yang telah dirumuskan oleh B.K.K.I, sumber azas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup”. Mengetahui pula semboyan B.K.K.I, sepi ing pamrih rame ing gawe, mamayu ayuning bawono”, amat bergembira saya berhadapan dengan saudara-saudara sekalian.
Terutama sekali pula sebagai tadi saya katakan, definisi kebathinan, sumber azas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, oleh karena sebagai saudara-saudara ketahui, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sila yang pertama daripada Pancasila Negara kita. Dan memang saudara-saudara, siapa tidak mengerti, bahwa Pancasila yang lima ini adalah satu kesatuan; siapa yang hendak memisah-misahkan Ketuhanan Yang Maha Esa daripada Kebangsaan, daripada Perikemanusiaan, daripada Kedaulatan Rakyat, daripada Keadilan Sosial, ia tidak mengerti akan inti dan arti Pancasila itu. Maka kalau yang pertama yang akan saya tandaskan kepada saudara-saudara sekalian ialah pengertian kesatuan yang tidak boleh dipecah-pecahkan dan dipisah-pisahkan antara kelima-lima sila ini. De onverbreekbare eenheid. Kesatuan yang tidak boleh dipecah-pecahkan daripada kelima sila ini.
Ada orang yang berkata: “Tak perlu sila Ketuhanan Yang Maha Esa, cukup sila yang empat. Kebanggaan rasa kebangsaan Indonesia yang bulat, cukup rasa Peri-Kemanusiaan, cukup Kedaulatan Rakyat, cukup Keadilan Sosial”. Perkataan yang demikian itu adalah perkataan yang salah.
Kebangsaan tak dapat menjadi kebangsaan yang kuat, rasa kebangsaan tak dapat menjadi rasa yang mesra, yang menghikmati segenap jiwa kita, jikalau tidak diresapi atau tidak didasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Peri Kemanusiaan, cinta kasih kepada sesama manusia tak perduli ia berkuliat hitam atau putih atau berkulit merah atau berkulit kuning, tak dapat rasa cinta itu meresap sedalam-dalamnya di dalam kita punya jiwa, jikalau tidak diresapi oleh Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedaulatan Rakyat demikian pula. Keadilan sosial, yaitu kehendak untuk mengadakan suatu masyarakat yang adil dan makmur tanpa penindasan manusia kepada manusia, rasa yang demikian itupun tak dapat diresapi kita pun punya jiwa, masuk ke dalam tulang sumsum kita, darah daging kita, jikalau tidak diresapi atu berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sebaliknya ada orang yang berkata: “Cukup hanya dengan rasa Ketuhanan Yang Maha Esa saja. Tidak perlu Kebangsaan, tidak perlu Perikemanusian, tidak perlu Kedaulatan Rakyat, tidak perlu Keadilan Sosial”. Pendiri yang demikian itu juga salah saudara-saudara.
Justru oleh karena seseorang hidup di dalam Ketuhanan Yang Maha Esa, justru oleh karena itulah dia cinta kepada tanah air. Justru oleh karena itulah dia harus cinta kepada sesame manusia. Justru oleh karena itulah dia harus cinta kepada cara pemerintahan yang bernama Kedaulatan Rakyat. Justru oleh karena itulah dia harus beriktiar mati-matian untuk mendatangkan keadilan sosial atau satu masyarakat yang adil dan makmur.
Di dalam agama Islam ada satu hadist yang kataknlah hadist ini hadist dhaif, tetapi hadist yang berbunyi “Hubbul wathanminal iman”. Cinta kepada tanah air adalah sebagian daripada iman. Sehingga orang yang tidak cinta kepada tanah air, imannya belum lengkap.
Demikian pula saudara-saudara, Peri-kemanusian. Tiap-tiap agama memerintahkan kita supaya cinta kepada sesama manusia. Di dalam agama Hindu berulang-ulang saya katakana, ada satu ajaran yang berbunyi: “Tat Twam Asi”, Tat twam asi, dia adalah aku, aku adalah dia. Dia, dia, dia, dia adalah aku,aku adalah dia, artinya kesatuan diantara semua manusia, tak perduli ia berkulit hitm, tak perduli ia berkulit warna yang lain.
Demikian pula saudara-saudara, setiap ajaran-ajaran tiap-tiap agama. Ambillah misalnya agama Islam, yang kitab Qur’an-nya atau hadist-hadist Nabinya penuh dengan ajaran-ajaran mencintai sesame manusia, ajaran Fardlu qifayah.
Ajaran Fardlu qifayah berdasarkan atas cinta sesama manusia. Engkau berdosa, jikalau engkau hidup disesuatu desa, ada orang meninggal misalnya, dan orang meninggal itu tidak terurus, tidak terkubur dengan baik, meskipun engkau bukan bapak daripada simati atau mbok daripada simati, engkau ikut berdosa. Engkau harus ikut bertanggung jawab atas hidup atau matinya orang yang mati itu. Fardlu qifayah saudara-saudara.
Demikian pula sila Kedaulatan Rakyat. Bagaimana kita bisa dengan rasa mesra percaya, bahwa cara pemerintahan yang satu-satunya sempurna ialah mengambil kehendak rakyat. Kedaulatan Rakyat, jikalau kita tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, jikalau kita tidak percaya kepada orang Yunani, yang pada waktu itu belum ada agama monotheisme, tetapi toh telah berkata: “Vox populi, Vox dei” (Suara rakyat adalah suara Tuhan).
Demikian pula Keadilan Sosial, saudara-saudara. Rasa keadilan sosial yang kita tidak merasa senang hidup, jikalau kita masih melihat exploitation de I’home par I’home. Melihat manusia dihisap oleh manusia lain. Melihat kemiskinan, melihat penderitaan, melihat kesengsaraan. Bagaimana kita bisa mati-matian berjuang untuk keadilan, kalau didalam dada kita tidak bersemayam rasa Ketuhanan Yang Maha Esa? Maka oleh karena itu saudara-saudara, saya bergembira, bahwa B.K.K.I member definisi yang demikian kepada kebathinan dengan menegaskan buat kesekian kalinya, bahwa Pancasila tidak boleh dibagi-bagi.
 Lima tetapi satu, saudara-saudara. Kebutuhan Yang Maha Esa. Satu artinya Esa. Tetapi jangan lupa saudara-saudara, bahwa Tuhan juga bernama Robbul’alamin. Tuhan seru sekalian alam. De Heer der werelden, kata orang Belanda. Tuhan seru sekalian alam, Robbul’alamin, tetapi satu, seru sekalian alam. Tuhanku, ya Tuhannya Pak Wongsonegoro, ya Tuhannya Pak K.H. Ilyas, ya Tuhannya saudara Sukanto, ya Tuhannya bumi ini, ya tetapi juga Tuhannya matahari, Tuhannya bulan, Tuhannya bintang. Tuhannya gunung membiru, Tuhannya awanyang berarak dilangit, Tuhannya lautan yang bergelora, Tuhannya si banteng, Tuhannya sigajah, Tuhannya semut yang kecil-kecil, Tuhannya bunga, Tuhannya rumput yang kita injak, Tuhannya batu kerikil yang kecil-kecil, Tuhannya setan-setan dan jin-jin, Tuhan seru sekalian alam, maka orang lantas merasa persatuan antara aku dan dia, antara dia dengan dia. Sama-sama anak Adam, sama-sama menyembah Tuhan seru sekalian alam itu.
 Maka oleh karena itulah saudara-saudara tadi saya katakana, tanpa rasa Ketuhanan Yang Maha Esa meresap di dalam jiwa kita bahkan, nanti akan saya terangkan, berkobar-kobar, mengapi-api, menggempa di dalam kita punya jiwa, kita tak dapat merasakan dengan benar-benar akan kebenaran azas Pancasila ini. Bahkan saya berkata, tidak dapat kita bekerja mati-matian.
Saya setuju sekali dengan ucapan kawan-kawan itu tadi, bahwa kebhatinan bukanlah ilmu klenik. Ya memang inipun saudara-saudara berulang-ulang akan saya gemblengkan di dalam kalbu semua rakyat Indonesia: jangan sekali lagi, jangan sekali-kali berilmu klenik!
 Kebathinan bukan ilmu klenik. Kebhatinan bukan harus ilmu klenik. Kebathinan sebagai tadi telah berulang-ulang dikatakan oleh Pak Diro, oleh Pak Ilyas, oleh Pak Wongsonegoro: kebathinan dapat hidup dan harus hidup di masyarakat yang bergejolak.
Tadi pak Wongsonegoro berkata satu kalimat yang hakekatnya benar. Apa yang dikatakan oleh Pak Wongsonegoro? Pihak Kongres adalah berbicara. Pihak kebathinan kata beliau adalah samadi dan tafakkur.
 Pada hakekatnya ucapan ini benar. Tetapi samadi dan tafakkur saudara-saudaraberjalan pula di dalam aktivitas. Jangan kira samadi dan tafakkur hanya terjadi di dalam kamar tertutup. Kita memegang tasbih atau tidak memegang tasbih, memadamkan semua lampu, menutupi babahan howo song, hamandeng pucuk ing grono; jangan kira bahwa tafakur berarti memutar-mutar tasbih, tidak saudara-saudara.
 Lihat hidupnya para pemimpin-pemimpin besar, juga pemimpin-pemimpin di lapangan kebathinan. Di dalam aksi mereka, di dalam keaktifan mereka, di dalam pembanting tulang mereka, mereka di dalam mereka memeraskan tenaganya, memeraskan keringat-keringatnya, di dalam mereka berjuang, mati-matian berjuang mereka samadi dan tafakur.
 Jikalau Vivekanada, empu Sannyasin yang Maha Besar di masyarakat Hindu India, jikalau Swami Vivekanada anjajah desa amilang kori dari utara India sampai Tanjung Pemurin Selatan, pergi ke timur India, melintasi India lagi sampai kepantai yang Barat, jikalau Vivekanada ini menjalankan pariwrayaka, dari desa ke desa, dari desa ke desa, ia menolong orang miskin, ia berpidato berkobar-kobar, ia mencoba menggugahkan semangat India, agar supaya rakyat India cinta kepada tanah air dan bangsa, ia bersemadi dan bertafakur. Jiwanya bersamadi dan bertafakur. Jiwa penuh dengan apai kebathinan. Malahan Vivekananda berkata: “Aku kehendaki rakyat India ini satu persatunya berjiwa”, apa katanya? “Berjiwa daripada dasyatnya petir dan gledek dan guntur!” ia menghendaki engkau berjiwa yang jiwamu terbuat daripada dasyatnya petir dan gledek dan guntur.
 Ia menghendaki kamu supaya engkau berjiwa yang terbuat daripada zat petir dan gledek dan guntur. Ia menghendaki kamu, supaya engkau berjiwa yang terbuat daripada zat petir dan gledek dan guntur. Jiwa yang berkobar-kobar, kataku, En toch Vivekananda, ahli samadi dan ahli tafakur. Inilah yang dimaksudkan oleh Pak Wongsonegoro, kongres bicara, kebathinan samadi dan tafakur.
 Samadi dan tafakur di dalam aktifitas. Lihatlah hidupmu orang-orang besar! Lihatlah hidupnya maharaja-maharaja dan kebathinan di dalam sejarah! Minta contoh dari agama apa?
  Contoh daripada agama Budha? Lihat hidupnya Budha Sakyamuni! Diapun hidupnya dari desa ke desa, dari desa ke desa, tidak berhenti-henti ia beraksi, tidak berhenti-henti ia menolong kepada orang miskin, tidak berhenti-henti ia menghidupkan rasa Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebenar-benarnya, tidak berhenti-henti ia membantu agar supaya hilanglah kesengsaraan di dunia ini.
 Ingin contoh daripada agama Kristen? Ya Allah, ya Rabbi, siapa tidak mengetahui sejarah hidupnya Isa? Isa yang memisalnya sebagai juga Muhammad, anti riba. Sedih hatinya melihat orang menjalankan riba, menghisap darah orang miskin dengan meminjamkan uang, yang harus dikembalikan dengan rente setinggi-tingginya. Apa yang Isa perbuat saudara-saudara? Mula-mula ia kasih ajaran, jangan riba, jangan riba, jangan riba, masuk desa keluar desa, jangan riba, jangan riba, masuk desa keluar desa, bukan putar tasbih di dalam kamar yang tertutup atau di dalam gua, tidak, keluar desa atau masuk desa, sehingga ada seorang seni pahat yang bernamaEpstein membuat patung Isa, Epstein orang abad ke-20, karena ia mengetahui Isa selalu berjalan dari desa ke desa, dari desa ke desa, dan iapun pandai sekali menjadi tukang kayu, maka Epstein membuat patung Isa digambarkan sebagai manusia yang kakinya bukan kaki ningrat, yang halus runcing saudara-saudara. Orang yang saban hari berjalan dari desa ke desa mustinya kakinya kasar. Orang yang suka kepada kerja kasar menggergaji, menyerut, tangannya mestinya bukan tangaun halus seperti tangan putrid-putri, yang duduk disana. Tidak, Epstein membuat patuh yang demikian. Nah, Isa saudara-saudara masuk keluar desa, masuk desa keluar desa, berkata kepada rakyat, jangan riba, jangan riba, jangan riba, jangan riba!.
 Tetapi sudah ia melihat, bahwa ia punya piwuruk ajaran-ajaran ini tidak di paelu orang, apa yang sudah ia perbuat? Ia ambil cambuk saudara-saudara! Ia pergi ketempat temple, yang di muka temple itu orang-orang pribadi duduk. Isa datang disitu, dan ia usir orang-orang inisama sekali dengan cambuk saudara-saudara. Lambang aksi, ia mencambuk orang, mengusir orang yang berbuat salah, oleh karena orang-orang ini tidak dapat diperbaiki lagi, dengan sekedar amanat dan wejangan.
 Mau contoh lain saudara-saudara? Ambil dari agama Hindu. Saya sering, bahkan sudah lima kali saya membaca kitab Bhagavad Gita, dari A sampai Z, kelima kalinya A sampai Z, A sampai Z, A sampai Z, keempat kalinya A sampai Z, kelima kalinya A sampai Z. Aku kagum disitu saudara-saudara, Bhagavad Gita ternyata bukan kitab klenik. Ternyata bukan kitab untuk duduk didalam kamar bersamadi hanutupi babahan howo songo hamandeng pucuk ing grono, tidak saudara-saudara, tetapi Bhagavad Gita adalha dalam bahasa asing. Evangelie van de daad”! Gita adalah nyanyian perbuatan, nyanyian amal, nyanyian ti’il.
 Krishna memberi ajaran kepada Arjuna: ,,Arjuna, berbuat, Arjuna, berbuatlah, Arjuna, berjuanglah. Jangan engkau diam”. Arjuna berkata: ,,Aku tidak sampai hati untuk berbuat, terutama sekali berbuat membunuh saudara-saudaraku sendiri, membunuh mereka dipandang Kuru Setra. Padahal mereka-mereka itu Kurawa, adalah saudara-saudaraku sendiri. Aku tidak sampai hati membunuh Kurawa itu, aku tidak mau berbuat”. Krishna berkata: ,, Berbuatlah, bertempurlah, bunulah mereka itu”.,, Aku tidak mau membunuh keluargaku sendiri”. ,,Bukan engkau yang membunuh, sebelum engkau yang membunuh, aku telah membunuh dia. Engkau ini sekedar seperti membunuh dia. Tetapi pembunuh yang sebenarnya ialah aku, aku Krishna di dalam arti Tuhan.
 Dengan keyakinan yang demikian ini, maka Arjuna bertempur saudara-saudara. Dia bertempur, dia menaiki dia punya kereta. Dia menantang dia punya gendewa, dia menarik dia punya keris, pendek kata dia bertempur mati-matian. Jiwanya samadi dan tafakkur! Aku berbuat ini atas nama dia aku berbuat ini karena dia, telah kukerjakan hal ini.
 Saudara-saudara, lebih dahulu saya nengok sebentar. Hal Krishna yang dia mengatakan aku, dirinya berupa Krishna saudara-saudara. Tetapi ia berkata aku, aku adalah God yang satu. Tuhan Yang Maha Esa, tetapi aku adalah dimana-mana. Ya didalam jaman sekarang ini dia berkata dimana letaknya Tuhan? Ada yang berkata, oh, Tuhan disana, tinggi, tinggi duduk disana. Kita ini disini di bumi. Tuhan disana. Tidak saudara-saudara! Tuhan seru sekalian ada dimana-mana. Tetapi satu. Dia meliputi segala alam ini, tetapi Esa. Dia dimana? Ya, Dia dilangit, daf ke tuuh, tetapi Dia juga ada disini, ya Dia dibelakang jendela itu saudara-saudara, yang didalam hatinya Pak Wongso, ya dia didalam bunga-bunga ini, dimana-mana ada Tuhan saudara-saudara, tetapi Ia adalah Satu.
 Ini saudara-saudara apa yang diajarkan pula oleh Krishna, takkala Arjuna Tanya kepadanya: Ya Maha Krishna, Tuanku berkata aku, aku itu apa ? Krishna berkata: Aku, aku adalah didalam awan yang bergerak, aku adalah digunung yang membiru aku adalah didalam samudra, aku adalah didalam nya gelora samudra, aku adalah didalam api, aku adalah bahannya api, aku adalah bulan, aku adalah sinarnya bulan, aku adalah perkataan keramat. Om, aku adalah didalam ruangan singa, aku adalah didalam Mariji, dewa angin, aku adalah didalam waruna, dewa air, aku adalah didalam senyumannya tega peri yang manis, aku adalah didalam batu disembah oleh orang yang belum beragama. Aku adalah didalam sepoinya angin, aku adalah didalam harumnya gandanya bunga yang cantik, aku adalah permulaan, tetapi aku adalah pula akhir. Aku tidak kenal permulaan, akupun tidak kenal akhir. Aku tidak dilahirkan, tetapi aku tidak mati pula. Aku dimana-mana, aku adalah zat yang abadi. Satu atom dari aku ini, memikul alam semesta ini. One atom of myself sustains the whole universe. Satu atom dari aku ini, memikul alam semesta ini. Tetapi aku adalah satu. Aku adalah Esa. Aku adalah didalam perbuatan, aku adalah didalam rasa, aku adalah didalam penglihatan, aku adalah didalam pikiran. Aku meliputi segala hal, sesuai dengan yang tadi saya katakana saudara-saudara: Rabbulalamin, Tuhanku, Tuhanmu, Tuhanmu, Tuhannya daun pohon yang saya lihat dari sini, Tuhannya burung yang kelihatan terbang disana, Tuhannya gunung Guntur, Tuhannya sikembang, tuhannya sisungai, Tuhannya silaut, Tuhannya segala yang ada kumelip dimuka bimu ini.
 Dan memang saudara-saudara, hanya jikalau kita meresapi kita punya jiwa dengan rasa yang demikian ini, barulah kita bisa saudara-saudara; Bernasionalisme sehebat-hebatnya jiwa; berperi-kemanusiaan sehebat-hebatnya jiwa; berkedaulatan rakyat seheba-hebatnya jiwa; berkeadilan sosial sehebat-hebatnya jiwa; Aku tidak sedang menceritakan, bahwa kebathinan adalah juga dalam aksi, bahkan kebathinan yang sejati adalah dinamis, adalah aktif.
 Contohnya yang lain. Aku telah menunjukan contoh Isa: telah menunjukan Vivikananda dengan ia punya pariwrajaka; telah menunjukan contoh daripada Buddha Sakyamuni.
 Ingin suatu contoh yang hebat saudara-saudara? Ambilah contoh Nabi Muhammad S.A.W. Telah dijanjikan oleh Tuhan kepadanya: ,, Muhammad, engkau akan menang!” Bahkan Tuhan telah berkata kepadanya: ,, Engkau telah ku angkat menjadi manusia yang teragung”. Bukan lagi dijanjikan saudara-saudara, malah dinyatakan telah. Engkau akan menang musuhmu akan kalah, musuhmu akan tunduk. Tetapi apakah Muhammad yang dijanji hal demikian itu lantas ,,ya Allah sudah janji, tinggal kita nagih saja”.
 Terlaksananya itu janji duduk didalam masjid atau duduk didalam sanggar pemujaan. Lagi-lagi hanutupi babahan howo songo mandeng pucuking grono. Tidak, saudara-saudara! Muhammad S.A.W. berjuang! Berbuat! Bertindak, bahkan bertempur! Ia kumpulkan sahabat-sahabatnya. Saudara-saudara: asah engkau punya senjata, perbaiki engkau punya tanah, latih engkao punya onta-onta, mari kita persiapkan diri kita untuk bertempur, untuk berbuat, untuk beraksi! Ia gerakan seluruh umat sahabat-sahabatnya untuk beraksi. Pagi sampai sore, sore sampai malam. Berbuat, berbuat, amal, amal, amal, sekali lagi amal. Ini adalah tafakkurnya, samadinya Muhammad bin Abdullah S.A.W
 Maka saya minta kepada saudara-saudara sekalian supaya mengerti, bahwa kebathinan sejati, demikianlah. Saya ulangi perkataan saya tadi itu: Jangan sekali-kali saudara-saudara anggap kebathinan adalah ilmu klenik. Jangan sekali-kali saudara-saudara berbuat klenik.
 Apalagi jikalau nanti membahas ibukota, deg-degan hati saya, berdebar-debar hati saya, kalau saudara-saudara tentukan, putuskan ibu-kota harus disana, sebab sudah saya klenikkan. Jangan saudara-saudara, sama sekali tidak diperbolehkan demikian.
 Saya kira saudara-saudara, ocehan saya yang 40 menit ini sudah cukup untuk melukiskan hati saya kepada saudara-saudara. Demikianlah harapan saya kepada saudara-saudara sekalian. Tinggal saya mendo’a kepada Tuhan seru sekalian alam itu tadi, Tuhanku, Tuhanmu, Tuhanmu, ya Tuhannya Pandit, ya Tuhannya Pak Hutasoit, Tuhannya kita, Tuhan seru sekalian alam, tinggal saya mendo’a kepada keputusan-keputusan yang betul-betul manfaat, bagi manusia, bagi Tanah Air, bagi Negara.

Mamayu hayuning bawono, mamayu hayuning bongso, mamayu hayuning negoro.

Terima Kasih

(*Ejaan disesuaikan dengan ejaan baru)